Selasa, 08 Juni 2010

Langkah Kecilku untuk Indonesia

Nisa Milati Biyantini, begitulah nama yang telah diberikan untuk saya sejak lahir. Saya lahir di Bandung, 29 Desember 1988 dan menghabiskan masa kecil saya di kota kelahiran saya tersebut walaupun sempat tinggal di Nagoya, Jepang untuk beberapa saat. Namun, seluruh masa sekolah saya sejak taman kanak-kanak hingga tamat sekolah menengah atas dihabiskan di Tangerang, suatu kota di provinsi Banten yang sedang berkembang pesat dan banyak terpengaruh kehidupan ibukota Jakarta.
Mila, itu nama sapaan saya di kalangan teman-teman kampus saya. Dengan keyakinan bahwa saya memiliki pilihan yang tepat karena Allah untuk berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, akhirnya saya resmi menjadi mahasiswa di institusi yang saya cita-citakan tersebut di bulan Agustus tahun 2007.
Begitulah, sampai akhirnya pada tahun 2008 saya mengenal suatu organisasi kemahasiswaan eksternal kampus yang bernama Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI). Organisasi yang berbentuk afiliasi ini adalah gabungan dari lima program studi di universitas-universitas seluruh Indonesia, yaitu Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Farmasi, dan Kesehatan Masyarakat. Pertama kali saya terlibat di organisasi yang mengikutkan lima program studi ini adalah sebagai seksi kaderisasi di komisariat FKG Unpad periode 2008/2009. Dengan mengemban visi JMKI yaitu “meningkatkan derajat kesehatan Indonesia setinggi-tingginya”, saya senantiasa aktif berkecimpung dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh JMKI baik di tingkat komisariat, wilayah dan nasional. Seiring waktu dan kegiatan-kegiatan yang saya lalui di JMKI, saya semakin merasa lekat dengan organisasi ini. Terhitung mulai dari acara- acara komisariat seperti rapat kerja, rapat pleno pengurus komisariat, pembekalan pendelegasian, sampai rapat sertifikasi. Kemudian di tingkat wilayah, saya sudah pernah mengalami pendelegasian di acara aksi “World’s No Tobacco Day” JMKI untuk mengadvokasi pembuatan perda anti rokok di kota Bandung di mana aksi ini sudah dilakukan sejak tahun 2005 namun belum juga membuahkan hasil yang berarti, kepanitiaan acara Festival Kesehatan JMKI WP yang berisi empat program kerja JMKI wilayah Priangan sekaligus (Latihan Keterampilan Manajerial Mahasiswa/LKMM tingkat wilayah, Pertandingan Futsal antar institusi anggota JMKI wilayah Priangan, Pengabdian Kepada Masyarakat berupa pelayanan cuma-cuma dalam bentuk pengobatan umum, pengobatan gigi, penyuluhan umum dan penyuluhan makanan sehat, dan Seminar tentang kanker kulit beserta cek kulit gratis) di mana saya bertugas sebagai bendahara. Dalam acara LKMM tingkat wilayah tersebut, saya juga didelegasikan sebagai peserta dan alhamdulillah saya mendapatkan predikat “sangat baik” di sertifikat acara tersebut. Tak lupa juga pendelegasian saya di acara Musyawarah Wilayah/ Muswil VI JMKI wilayah Priangan sebagai perwakilan komisariat.
Selepas dari Musyawarah ini, saya ditunjuk oleh keluarga mahasiswa (KEMA) FKG Unpad sebagai koordinator komisariat atau biasa disebut komsat untuk JMKI di FKG Unpad. Melalui tanggung jawab saya inilah, saya bersama teman-teman staf ahli yang saya percaya, membuat program-program kerja yang lebih cenderung ke arah pengabdian kepada masyarakat dan pemeliharaan hubungan baik dengan IOMS (Ikatan Oragnisasi Mahasiswa Sejenis). Beberapa di antaranya adalah penggalangan dana untuk setiap kejadian bencana alam yang dilaksanakan insidental, penggalangan dana untuk operasi bibir sumbing, forum diskusi dan bulletin cetak untuk kritisi masalah-masalah kesehatan terbaru, dan serangkaian acara pengabdian kepada masyarakat di mana ada penyuluhan tentang makanan sehat dan pentingnya minum susu.
Selain itu, saya juga aktif di KEMA FKG Unpad sebagai anggota komisi IV Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Saya pernah menjadi panitia PPM’08 (Pengabdian Pada Masyarakat tahun 2008) KEMA FKG Unpad sebagai seksi logistik medis yang mana acara tersebut adalah pemberian bantuan pengobatan dan pemberian obat gratis di desa terpencil yang berbeda tiap tahunnya namun masih satu provinsi, di Jawa Barat. Selaku mahasiswa yang berkuliah di jurusan kesehatan, acara seperti ini merupakan suatu langkah nyata yang amat penting untuk menunjukkan peran saya di masyarakat.
Seperti kebanyakan mahasiswa yang peduli pada negaranya, saya pun punya sebuah target untuk Indonesia di masa yang akan datang. Saya terkadang membayangkan bahwa di suatu hari nanti Indonesia akan bebas dari masalah gizi dan kesehatan. Bukan dalam artian tidak ada satupun manusia Indonesia yang terjangkit penyakit, karena itu memang tidak mungkin bahkan di negara paling sehat sekalipun dan memang manusia adalah makhluk yang sudah pasti punya kelemahan dan pernah lemah. Yang saya maksud di sini adalah tentang ketersediaan gizi yang memadai dan minim resiko, juga ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat baik secara financial maupun jarak, dan tak lupa adanya peraturan-peraturan resmi dari pemerintah yang tepat guna mengenai kesehatan.
Berangkat dari visi inilah, saya kemudian sangat tertarik untuk aktif di JMKI. Karena ternyata JMKI pun memiliki visi yang menyentuh visi saya tersebut, yaitu meningkatkan derajat kesehatan Indonesia setinggi-tingginya. Langkah konkrit saya sampai saat ini baru berupa program kerja saya sebagai komsat JMKI untuk FKG Unpad yang tadi sempat saya sebutkan. Selain itu, saya juga masih aktif berkecimpung ketika ada aksi-aksi di hari-hari peringatan kesehatan yang mengadvokasi masalah kesehatan tertentu (contohnya pada aksi World’s No Tobacco Day untuk mengadvokasi peraturan daerah anti rokok). Memang tidak bisa dibilang besar untuk Indonesia, tapi harapan besar saya akan terwujudnya visi saya ini selalu mengikuti di tiap aktivitas konkrit tersebut. Dan saya juga selalu berharap, dari langkah-langkah dan kesempatan-kesempatan kecil inilah saya bisa melakukan atau setidaknya menumpuk pengalaman untuk suatu langkah konkrit yang lebih besar di waktu-waktu berikutnya yang memang bisa membawa suatu perubahan signifikan yang lebih baik untuk dunia kesehatan Indonesia.
Mengambil kata-kata seorang da’i terkenal Indonesia, “mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari saat ini”, saya pun ingin melakukan hal konkrit dari lingkungan saya dulu. Yaitu, tempat tinggal saya, terutama tempat tinggal saya saat menjadi mahasiswa sekarang ini yaitu di Bandung. Mengapa Bandung dan bukan Tangerang? Karena bagi saya, Bandung masih lebih butuh perubahan daripada Tangerang. Saya sama cintanya bagi kedua tempat ini dan kedua kota ini sama bermasalahnya di bidang kesehatan. Namun, Tangerang punya potensi untuk maju lebih pesat daripada Bandung karena lokasinya yang bertetangga dengan ibukota Jakarta, yang juga memang sangat influentif pada Tangerang, dan pribadi para penduduknya yang lebih punya kemauan untuk berubah, dengan sumber daya manusia yang lebih banyak.
Menyikapi keadaan Bandung sekarang, di mana pemerintah daerah tidak terlalu terlihat geraknya di masalah kesehatan, saya ingin sekali mengusulkan adanya perda tentang larangan merokok di tempat umum. Jujur saja, saya agak sedih melihat perhatian pemerintah kota bandung yang sepertinya lebih mengutamakan bidang seni pada langkah konkritnya, sehingga yang terlihat, estetika kota lebih dipentingkan daripada bidang kesehatan. Seperti pada pembuatan tugu-tugu terbaru kota Bandung yang ternyata lebih dahulu bisa rampung daripada peraturan daerah tentang rokok. Keinginan saya, seandainya perda ini disetujui nantinya, sebaiknya tak hanya berupa suatu peraturan nihil saja di mana pelanggarannya tetap bisa terjadi di manapun. Kalau tidak dianggap ekstrim, saya pikir ada bagusnya juga setiap orang yang mau merokok memiliki sirat izin merokok seperti SIM pada pengendara kendaraan bermotor.
Ide kedua saya yang ingin saya wujudkan di Bandung, masih dalam bidang kesehatan, adalah adanya pengawasan ketat dari pemerintah untuk jajanan sehat bagi anak-anak usia sekolah. Menurut saya, ini sangat penting mengingat karena keterhimpitan ekonomi seringkali banyak pedagang “nakal” yang menjual jajanan tak sehat bagi anak-anak tersebut. Mulai dari pewarna tekstil pada jajanan, susu fermentasi palsu, hingga roti kadaluarsa. Efeknya bisa berupa “sekedar” sakit perut atau alergi hingga keracunan akut atau bahkan kerusakan otak, kerusakan liver, dan kanker. Ini sangat memprihatinkan mengingat system kekebalan tubuh anak-anak belumlah sempurna dan efek apapun dari makanan mereka akan bisa sangat berpengaruh bagi kelanjutan fisiologis tubuh mereka. Apalagi, mereka adalah generasi penerus bangsa. Jika kualitas hidup mereka berkurang, betapa kasihannya nasib bangsa dan derajat kesehatan Indonesia ke depannya nanti.
Begitulah selintas tentang serangkaian langkah-langkah kecilku untuk Indonesia. Tentunya langkah-langkah tersebut tidak akan berhenti hanya di sini. Masih banyak kontribusi yang harus saya lakukan ke depannya untuk meningkatkan derajat kesehatan Indonesia. Ide-ide saya yang belum terealisasi pun masih menunggu tindak konkrit realisasinya. Selain itu, masih menunggu pula hal-hal besar lainnya di bidang kesehatan untuk dilaksanakan. Jalan kontribusi saya masih jauh di depan. Dengan keyakinan bahwa Allah bersama saya, saya yakin setiap niat baik, ikhtiar dan doa saya tidak akan pernah jadi percuma. Seperti sebagaimana orang-orang yang punya impian, saya pun punya harapan visi saya ini akan terwujud di Indonesia suatu hari nanti, Insya Allah!




disampaikan dalam bentuk essay ke Forum Indonesia Muda angatan VII dan membawa saya lulus seleksi untuk mengikuti forum tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar