gw baru aja dapet cerita ini beberapa hari yang lalu. dari seorang temen yang lagi skeptis. yah.. sebut aja namanya "seseorang yang skeptis". gw akui, dia orang yang optimis, tapi entah kenapa dia emang lagi down aja kali ini. biar ga bingung, orang ini lagi curhat masalah organisasi ke gw. ternyata dia ga sekonyol dia yag terlihat juga sih. dia selalu optimis dan ngelucu di manapun (biarpun suka jayus juga..) tapi kali ini gw bener2 bisa liat kalo kekonyolan2nya itu menyimpan kekuatan lebih. skeptis ko kuat sih? ya justru dari situ keliatan.. biarpun dia lagi down dan skeptis abis, binar2 semangatnya tetep hadir di tiap kata2nya. biarpun dia bilang cape, sedih, pengen pergi, tapi gw bisa rasain auranya tetep semangat untuk memperbaiki keadaan.
ini sekilas cerita bias antara gw dan dia:
seseorang yang skeptis berkata : kenapa untuk tahu yang bener, gw harus berbuat kesalahan dulu trus bolak-balik tanya sana-sini baru dapet KONSEP yang bener? kenapa sih yang udah tahu nggak pernah ngajarin??? ini kan KONSEP, yang harus dibina dari awal, bukan TEKNIS yang bisa dipelajari sambil menjalani pengalaman. gw ga mungkin pantes pegang tanggung jawab ini kalo gw bahkan ga tahu apa yang penting di sini. dan gw selalu berbuat KESALAHAN. selalu SALAH lagi dan salah lagi... udah lah, gw emang ga pantes pegang tanggung jawab ini
tambahan cerita yang disadur dari seorang penulis :
mana ada lokomotif jalan sendiri kalo ga diarahin harus pake rel yang mana. dan sebenernya ga lucu juga sih kalo lokomotif kereta rel listrik Indonesia dipake buat lokomotif shinkansen. bisa-bisanya masinis ini salah ambil lokomotif. apa karena masinisnya asli Indonesia, jadi ngerasa senasib gitu sama lokomotifnya? kenapa ga ambil lokomotif yang udah lulus uji kompetensi semua bidang? kenapa insinyurnya ga ngingetin masinisnya kalo lokomotifnya salah pilih? yang lebih lucu.. sang masinis nyuruh lokomotifnya jalan sendiri tanpa kasih tau relnya yang mana dan REL ITU APA. emang sih lokomotifnya udah otomatis. tapi se otomatis-otomatisnya lokomotif kalo ga ada data inputnya mau jalan ke mana?
lanjut cerita.. di tengah jalan si lokomotif dikasihtau via satelit bahwa dia salah jalur. harusnya ke Tokyo, dia malah ke Kyoto. lokomotifnya tanya ke gerbong2nya, apa iya lokomotif salah ambil input dari masinis? siapa tahu emang si lokomotif ini lemot dan versinya udah ketinggalan jaman, maklum jaman modern,mode ganti tiap 10 menit. tapi kata gerbong2nya gini : "nggak koq, kita semua persepsinya sama". kepala stasiun pun mengatakan hal yang sama ketika dihubungi via 3G dari kabin masinis oleh mode komando otomatis lokomotif canggih ini (masinisnya ga tau ke mana). lokomotif blom patah semangat, lokomotif menghubungi sang insinyur via wireless. akhirnya sang insinyur menjelaskan tentang rel yang bener itu yang mana. sebenernya di depan tinggal belok dikit udah bisa kembali ke rel sebenarnya. tapi lokomotif terlanjur sering bolak-balik gara2 salah rel yang disebabkan tidak adanya input tentang rel. akhirnya ketika di perjalanan yang satu ini lokomotif disadarkan dia salah, mesin lokomotif udah terlanjur panas dan kereta pun mogok. mungkin rehat sedikit bisa bermanfaat bagi seluruh kereta ya? tapi sayangnya rehatnya malah di tengah rel. ga nyaman buat kereta ini dan mengganggu kereta lain.
hmmm.. complicated ya? gw selalu mikir, dia yang jabatannya di atas gw pasti lebih hebat, lebih bahagia, lebih berkuasa, dll. tapi dari cerita ini gw jadi bisa ambil pelajaran, seenggaknya satu pelajaran : yang di atas emang lebih berkuasa dan lebih populer, tapi juga tanggung jawabnya lebih menekan dan apapun yang terjadi di bawahnya, pasti dia yang harus jadi andalan dan problem solver. ga ada ruang untuk manja2an dan bergantung ke orang lain lagi.
fyuuhh... berat ya? mungkin itulah juga kenapa ada senior gw di SMA yang pernah ngomong gini : " mereka semua pemimpin kita, tolong dihormati. mungkin mereka GA lebih PINTER, GA lebih BERPENGARUH, GA lebih POPULER, dan juga GA lebih BIJAK daripada kita. tapi tetep aja mereka yang punya tanggung jawab sama kita. mereka tempat kita bernaung di sini. jadi sudah seharusnya kita memang menghormati mereka"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar