Minggu, 13 Januari 2013

Zainab



ini adalah nama putri pertama Rasulullah SAW. kita memang jarang mendengarnya karena buku-buku pelajaran agama memang tak banyak membahas wanita ini. entah bagaimana dengan teman-teman, semua buku agama di sekolah saya dari SD hingga SMA hanya menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki empat orang putri yang salah satunya bernama Zainab. putri beliau yang diceritakan selanjutnya hanyalah Fathimah, dan saya tidak tahu-menahu mengenai kisah Zainab, Ruqayyah, maupun Ummu Kultsum.
-
saya sore ini menemukan sebuah buku di perpustakaan pribadi almarhum kakek saya yang berjudul "bilik-bilik cinta Muhammad". buku ini punya daya tarik sendiri yang membuat saya ingin membacanya, setidaknya satu bab saja. setelah melihat daftar isi, saya berminat untuk membaca mengenai putri-putri nabi. seperti yang sudah saya katakan, saya tidak pernah mendengar cerita mengenai putri Rasulullah SAW selain Fathimah RA dan saat itu saya berharap bisa menemukan penawar rasa ingin tahu saya.
-
Tidak disangka, ternyata Zainab memiliki kisah hidup yang mengharukan. kisah cintanya berupa elegi yang rumit karena berada di antara pilihan antara segenggam keyakinan dan sepotong hati. mungkin ini salah satu alasan mengapa kisah Zainab jarang diceritakan : dibutuhkan pikiran yang dewasa untuk bisa memahami rumitnya pilihan hidup.
-
sebelum Rasulullah SAW mendapat wahyu, Zainab dinikahkan dengan Abul 'Ash Ibn Rabi'. Abul 'Ash memiliki status sosial dan nasab terhormat, beliau juga merupakan menantu kesayangan Rasulullah SAW.
ketika Rasulullah SAW mendapat wahyu, Zainab menyatakan diri beriman namun Abul 'Ash masih menjalankan kesyirikan. Tapi menantu kesayangan beliau ini tidak menunjukkan permusuhan seperti kafir yang lainnya. lagipula, walau Abul 'Ash tidak menerima Islam, cintanya kepada Zainab sama sekali tidak berubah. Begitu pula dengan Zainab, ia tetap mencintai Abul 'Ash dan terus berdoa kepada Allah agar hati suaminya dilapangkan untuk Islam.
ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Zainab tak bisa menyusul ayahnya. Ia bertahan di Mekkah untuk menjaga dan berbakti pada Abul 'Ash. suaminya ini pun menjaga dan merawatnya sepenuh jiwa.
pada perang Badar, akhirnya Abul 'Ash membulatkan tekad untuk membasmi islam. ditinggalkannya Zainab di Mekkah dengan pikiran kalut dan hati terbagi. di satu sisi, ia mencemaskan ayahnya dan orang-orang di belakang beliau, di sisi lain, ia takut suaminya mengalami hal yang tidak diinginkan. Rasanya, tak ada orang lain sesulit dia dalam menentukan sikap. Tak ada hati segalau hatinya dalam setiap detik yang lewat.
Perang pun usai, takdir terjawab. Umat islam menang sedangkan Abul 'Ash selamat sebagai tawanan perang. legalah hati Zainab sekarang.
satu per satu orang-orang musyrik mengirim utusan untuk menebus keluarganya yang menjadi tawanan perang di Madinah.Namun sayang, Zainab tidak memiliki apapun selain seuntai kalung pribadi untuk menebus suaminya. kalung tersebut adalah kalung hadiah dari ibundanya, Khadijah RA, di hari pernikahannya dengan Abul 'Ash. Zainab sadar kalung itu langka dan tak ternilai harganya, tetapi kecintaan kepada sang suami telah memudarkan kenangan indah di balik kalung itu.
kini, kalung itu terlihat lagi oleh Rasulullah SAW dan beliau segera mengenalinya. hatinya berdebar, air mata perlahan menitik di pipi beliau. kalung itu memijarkan pelangi kenangan, membawa beliau menyusuri hari-hari penuh cinta yang indah bersama Khadijah.
Rasulullah SAW tak ingin mencabut kenangan indah kalung tersebut dari hati Zainab, namun beliau juga tak ingin mencabut hak prajurit atas harta ghanimah. kemudian Rasulullah bertutur dengan halus dan mengungkapkan isi hati pada kaumnya : "Jika kalian tidak keberatan, kalian serahkan pada Zainab kalungnya serta tawanannya"
sebenarnya, ketika Abul 'Ash kembali pada Zainab dengan membawa kalung Khadijah RA, ia mendapatkan anugerah yang lebih besar nilainya daripada kalung tersebut. karena itu, semakin tinggi pula derajat Zainab di hati sang suami.
tidak lama kemudian, turun wahyu yang mengharamkan muslim menikah dengan musyrik. maka cerailah Zainab dengan Abul 'Ash. ketika perceraian itu dilakukan, Abul 'Ash berjanji mengantarkan Zainab pada Rasulullah SAW.
dalam perjalanan menuju Madinah, Zainab dikejutkan oleh datangnya penjahat yang tiba-tiba. ia terjatuh dari untanya hingga janin yang dikandungnya gugur seketika itu juga. hampir saja jiwanya tak tertolong jika Allah tidak mengirim seorang penyelamat pada waktu yang tepat. ia baru bisa sampai di Madinah setelah menguras tenaga melewati sekian aral. Zainab pun telah merasakan sendiri betapa pedih dan menyiksanya perjalanan yang baru saja ia tempuh.
jauh di kota Mekkah, Abul 'Ash tak kuasa melupakan Zainab. wajahnya selalu terbayang, kerinduan padanya tak tertahankan. ia berharap segera menemukan jalan keluar dari keadan pelik dan menyiksa ini.
hari itu, seperti biasa, Abul 'Ash menyibukkan diri dengan berniaga, kali ini ke negeri Syam. sepulang dari perdagangan, malang, ia kepergok prajurit muslim dan barang-barangnya dirampas. sendirian ia di tengah gurun sahara, ia pun kemudian pergi menuju Zainab.
setelah Rasulullah tahu mengenai hal tersebut, beliau merasa iba. bukan semata karena Zainab adalah putrinya, namun karena batinnya yang terus dirajam siksa dan tak henti menuai duka. Rasulullah SAW berharap agar Abul 'Ash segera mendapat hidayah dari Allah SWT, bahkan beliau bermunajat khusus untuk Abul 'Ash. tak lama lalu cerita tentang rumah tangga Zainab pun menyebar di kalangan muslim Madinah. mereka mengembalikan segala harta benda Abul 'Ash karena mereka menghormati Rasulullah SAW dan putrinya. mereka juga membiarkan Abul 'Ash untuk pulang kembali ke Mekkah dalam keadaan aman.
peristiwa ini menyadarkan Abul 'Ash bahwa kaum muslim tidak memusuhinya. terkenang dalam hati Abul 'Ash mengenai keagungan hati Zainab dan Rasulullah SAW. maka begitu masuk Baitullah yang suci dan menatap Ka'bah, jauh dari lubuk hatinya memancarlah cahaya iman. kini ia merasa menjadi bayi yang baru saja dilahirkan ke bumi. di depan kaum quraisy, Abul 'Ash pun menyatakan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat secara lantang.
kemudian Abul 'Ash berangkat ke Madinah. kedatangannya disambut gembira oleh Rasulullah SAW. Zainab lalu diserahkannya kembali. legalah hatinya, terbukalah jiwanya karena kekasih pujaan kembali sudah ke pangkuannya. Kini hidup mereka dimulai kembali dalam kesejatian cinta.
Namun kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. mendadak Zainab dipanggil di tahun ke delapan hijriyah. betapa menyesal sang suami, dan betapa pedih hatinya dililit kenangan tak berujung bersama sang istri. tak pernah lagi ia reguk kehidupan suami istri setelah itu seperti kehidupan bersama Zainab dan Rasulullah SAW.
di tengah suasana sedih dan kalut, Rasulullah SAW bermunajat untuk putrinya. beliau turun ke liang lahat, lalu naik kembali dengan wajah berseri. ia bersabda : "ingat kepada Zainab dan kelemahannya, aku lalu berdoa pada Allah agar ia diringankan dari kesempitan dan kesedihan kubur. Allah mengabulkan dan ia diringankan". sementara hidup Abul 'Ash pun tak lama setelah itu seegra menyusul belahan jiwanya ke haribaan Allah SWT.
-
subhanallah.. betapa cerita ini menggetarkan hati saya. dan ini menambah kemuliaan Rasulullah SAW sekeluarga. karena dengan keluarga yang tidak sepi dari konflik dan masalah, seperti keluarga umumnya, keluarga ini tetap memberikan contoh kedamaian bagi kita semua. Allahummashsholli'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar