Minggu, 08 November 2009

emergency 32/10 (eps.3)

I can't stand to fly
I'm not that naive
I'm just out to find
The better part of me

I'm more than a bird...i'm more than a plane
More than some pretty face beside a train
It's not easy to be me

Wish that I could cry
Fall upon my knees
Find a way to lie
About a home I'll never see

It may sound absurd...but don't be naive
Even heroes have the right to bleed
I may be disturbed...but won't you concede
Even heroes have the right to dream
It's not easy to be me

Up, up and away...away from me
It's all right...you can all sleep sound tonight
I'm not crazy...or anything...

I can't stand to fly
I'm not that naive
Men weren't meant to ride
With clouds between their knees

I'm only a man in a silly red sheet
Digging for kryptonite on this one way street
Only a man in a funny red sheet
Looking for special things inside of me
Inside of me
Inside me
Yeah, inside me
Inside of me

I'm only a man
In a funny red sheet
I'm only a man
Looking for a dream

I'm only a man
In a funny red sheet
And it's not easy, hmmm, hmmm, hmmm...

Its not easy to be me


Desi terus menerus mendengarkan lagu milik five for fighting itu. ia berpikir, dan terus berpikir.... apakah ia akan terus-menerus mendengarkan lagu itu? atau suatu hari nanti ada lagu lain di hidupnya? suara ribut truk sampah di luar rumahnya menyadarkan Desi bahwa ini sudah lewat dari jam 5 pagi. ia seharusnya sedang berdoa setelah sholat shubuh, bukannya malah mendengarkan musik ituberulang-ulang. "satu kali aja ngelawan rutinitas ga akan jadi sangat bermasalah ko, Des.." ia menghibur dirinya sendiri dan segera bersiap mandi. sebelum mandi, ia siapakan dulu apa yang sudah jadi kewajibannya untuk dibawa praktik di rumah sakit nanti sebagai mahasiswa co-ass. ia mulai memilih jas labnya yang masih bersih, satu stel kemeja, rok bahan, dan jilbab yang matching, juga tak lupa ID card-nya. wajah manisnya yang berjilbab putih rapi senada dengan jas labnya tercetak rapi di ID card berukuran sebesar kartu ATM itu. tak lupa dengan nomor pokok mahasiswa dan nama panjangnya, Hikmah Melodi Desiree.

"aku siap menghadapi hari ini!" seru Desi dalam hati untuk memberi semangat pada pribadi melankolisnya itu dan mulai mandi dengan semangat yang tak akan pernah berubah setiap paginya walaupun harus berhadapan dengan rutinitas yang bagi beebrapa orang memang sangat membosankan. Tapi bukanlah seorang Desi jika hanya dengan beberapa belas bulan memasuki dunia co-ass dokter gigi di Rumah Sakit integratif paling populer di Sumedang itu saja sudah membuatnya bosan dan menyerah. Di balik wajah datarnya yang terkadang sayu, Desi punya segudang persistensi yang akan membuat siapapun tercengang jika sudah mengenal pribadi gadis ini yang sebenarnya.

Rabu, 04 November 2009

emergency 32/10 (eps.2)

Ai melepaskan jaket yang membuatnya mulai merasa kegerahan setibanya di kamar kostnya. ia menggantung jaket hitam berbordir tulisan nama organisasi lembaga kemahasiswaan fakultasnya yang penuh emblem itu di belakang pintu kamarnya. kemudian, pintu itu ditutup dengan ringan dan menyebabkan angin kecil menyapa wajah sawo matangnya yang berdahi lebar. Ai mendesah sembari berucap dalam hati "alhamdulillah...", ia bersyukur sambutan impromptu-nya tadi tidak mempermalukannya di depan para calon pengurus lembaga kemahasiswaan ini. Ai hanya berharap tidak ada yang tahu sambutannya tadi itu tanpa persiapan sama sekali. Padahal mungkin Ai harusnya bangga karena ia bisa memberi sambutan yang sangat inspiratif itu tanpa persiapan sama sekali. Tapi itulah Ai, kadang motivasinya yang terlalu kuat membuat ia tidak bisa melihat kelebihannya yang berharga.


Dering nada SMS menyadarkan Ai untuk segera mengecek HP mungil berwarna merah ferrari miliknya itu. Ternyata ada pesan dari Lina, rekan kerja yang dipercaya Ai untuk mengurus motor organisasi kecintaannya. 

"Ai lagi di mana? surat-suratnya udah Lina kirim ke e-mail Ai ya.. kalo ada yang salah bilang aja, nanti Lina benerin. Oh ya, Randi udah SMS Ai blom? katanya Randi mau ngundang Ai buat sharing kelembagaan di Yogya."

Ai berhenti sejenak, berpikir dan menimbang-nimbang. jadi pembicara lagi? sepenting itukah aku? Ai tak pernah percaya pada semua pujian orang lain terhadapnya. Ai akhir akhir ini mudah sekali curiga pada kebaikan orang lain. Mungkin kejadian tahun lalu saat Ai masih baru saja menapakkan kakinya di dunia politik kampus masih menyisakan sedikit trauma di kepalanya. Ai sering sekali berpikir bahwa hanya ada dua tipe teman di dunia politik, temannya musuh atau teman palsu. Hanya Lina yang menjadi pengecualian bagi Ai. Entah kenapa Lina yang begitu polos dan jauh dari kesan cerdas politik ini justru bisa mengambil simpati pimpinan organisasi bergengsi yang penuh kharisma bernama lengkap Astari Sufiana. Ai bukanlah orang yang banyak ambil pusing masalah mempercayai orang lain selama ini, hanya saja beberapa kejadian buruk sudah menampar Ai cukup keras untuk belajar berhati-hati akan kepercayaannya pada orang lain. Ai masih menimbang nimbang harus menjawab apa untuk tawaran Randi yang juga teman lamanya saat SMA itu. Akhirnya Ai tak lagi memikirkan hal itu, ia hanya memfokuskan diri untuk membuka laptop bermerk nama suatu buah favoritnya itu dan mulai berselancar di internet untuk mengecek surat-surat dari sahabat organisasinya. kebetulan sekali, ketika membuka e-mail, surat dari Lina ada di tumpukan paling atas surat-surat elektroniknya. "milis organisasi lagi sepi, nih.. tumben surat dari Lina ada di tumpukan paling atas." gumam Ai sembari mengarahkan kursor ke surat dengan alamat pengirim angelina.razki@surat.com dan mengunduh surat-surat resmi yang hendak ditujukan ke berbagai lembaga kemahasiswaan di institusinya. sembari menunggu unduhan file-filenya, Ai membalas SMS Lina dengan singkat saja. 

"blm, Lin. minta Randi hubungi aku langsung aja. Biar kita ngobrol dulu. thx, honey... ^_^"

dan ketika melihat layar laptopnya lagi yang memang tidak seperti biasanya itu, Ai segera meraih HPnya lagi untuk mengirim pesan singkat pada salah satu subordinat pengurus milis organisasi yang ia pimpin.

"Farid, milis lagi sepi ya? anak-anak yang ngeramein pada kemana? ramein yuk? bikin-bikin isu apa gitu.. hehehe."

tak berapa lama kemudian, unduhan surat-surat dari Lina pun selesai. Ai coba cek 18 suerat tersebut sekilas-sekilas. sekedar memastikan tujuan surat tidak salah ketik dan beberapa hal kecil seperti tempat, tanggal, dan waktu acara. tak sampai 10 menit kemudian, Ai pun mengirim pesan singkat lagi untuk seseorang yang tak pernah menolak untuk ia repotkan kapanpun dan di manapun untuk urusan administrasi BEM almamaternya itu.

"Lina, semua ok.. tinggal print. makasih banyak ya say..."


" hari ini udah beres..." gumam Ai sambil mendesah lega dan menyetel winamp yang berisi lagu-l;agu rock dan r'n'b favoritnya. Ia membiarkan e-mailnya tetap log on, berharap ada e-mail baru dari milis beralamat bem.loves.me@grupsurat.com, sementara Ai mulai tertidur di kasur single bed berseprai kain polos warna kuning dengan bantal guling yang bersarung sewarna. sebelum tidur, Ai hanya berharap agar ia tidak tidur lebih dari setengah jam siang ini karena, walapun tanggungjawabnya sudah selesai siang ini, ia tetap akan merasa bersalah ketika terbangun jika tidurnya ternyata terlalu lama dari biasanya.